Desember 1973, sekali lagi Sujoto dikirim ke Semarang (Jawa Tengah) untuk merintis dojo baru . Karena harus menanggung biaya hidup seorang adik yang mengikutinya , dia mulai merangkap bekerja pada sebuah biro perjalanan yang mengijinkan dia tetap melatih pada hari-hari tertentu . Meskipun demikian, dia masih terus berusaha membuka cabang-cabang baru seperti di Tegal, Pekalongan, Salatiga dan Semarang sendiri . Karena sudah mulai bermunculan kader-kader pelatih, cabang-cabang tersebut langsung diisi dengan pelatih baru .
Selanjutnya kehidupan di perguruan karate ini hanya diisi dengan melatih di Semarang dan membantu pengawasan perkembangan di wilayah Jawa Tengah.
Lama kelamaan, mulai terasa ada kejenuhan karena pertumbuhan perguruan ini terasa monoton . Keinginan untuk dapat melanjutkan latihan ke tingkat yang lebih tinggi tidak tersalurkan , sementara kemampuan organisasi perguruan tidak juga mengalami peningkatan . Namun demikian Sujoto masih tetap membantu melaksanakan kegiatan - kegiatan termasuk kejuaraan-kejuaraan .
Tahun
1975 dia menerima sabuk hitam tingkat kedua ( DAN II ) .
Mei 1978, Sujoto menikah dengan Lanita, seorang dokter di RS.Telogorejo
Semarang . Dojo di Tegal juga dirintis melalui jasa istrinya yang memang
berasal dari Tegal .
April 1981, Sujoto sudah benar-benar merasa jenuh dan menginginkan
suatu perubahan didalam organisasi perguruan ini dan dia berangkat ke Batu
untuk mendiskusikan hal tsb. dengan gurunya . Hal paling prinsip yang diusulkan
adalah supaya diberlakukan sistem desentralisasi agar daerah dapat lebih
leluasa didalam menyelenggarakan kegiatan organisasi namun tetap terikat dengan
pusat, jadi bukan lepas total . Usulan yang semula disambut dengan baik
akhirnya ditolak mentah-mentah .
Disamping bermaksud menyampaikan pemikiran demi
kemajuan perguruan, Sujoto juga pamit akan berangkat ke Singapore sekalian
pulang ke kampung halaman. Pulau Bintan dan Singapore letaknya berdekatan .
Gurunya menitip pesan agar menanyakan kesiapan Singapore didalam menghadapi
Kejuaraan Indonesia yang mengundang negara-negara dari Asia Pasifik pada bulan
Juni 1981 di Jakarta .
Pertemuan pertama dengan Shihan Peter Chong, Ketua Kyokushin Asia
Tenggara, dia langsung menyerang Shihan Nardi habis-habisan mengenai sikapnya
yang tidak bersahabat serta sistem sentralisasi yang dijalankan selama ini . Rupanya
pernah ada beberapa organisasi karate dari Indonesia yang ingin bergabung
dengan Kyokushin melalui Singapore tetapi ditolak oleh Shihan Nardi . Peristiwa
demikian membuat mereka tidak dapat bekerja sama dengan baik .
Setelah mendapat kesempatan untuk berbicara, Sujoto menyampaikan pesan
dari gurunya mengenai masalah persiapan Kejuaraan pada bulan Juni 1981 yad .
Shihan Peter Chong yang masih belum puas , melanjutkan penjelasan mengenai
sistem otoriter yang dijalankan Shihan Nardi selama ini . Sujoto yang memang
sudah berketetapan untuk mengundurkan diri sekembalinya dari Singapore ,
akhirnya menyampaikan pemikirannya mengenai sistem desentralisasi yang pernah
diusulkan kepada gurunya , namun tidak disetujui , dan oleh karena itu
berkeputusan akan mengundurkan diri dari dunia karate .
Mendengar demikian, Shihan Peter Chong langsung
menyarankan agar dia jangan mundur dan menyanggupi untuk membantu Sujoto
mewujudkan keinginannya melaksanakan sistem desentralisasi dengan cara
mengangkat Sujoto sebagai Branch Chief di wilayah Jawa Tengah .
Mendengar tawaran demikian, Sujoto mengajukan satu
persyaratan, yaitu bahwa keputusan tsb. harus bisa di terima oleh Sosai
Masutatsu Oyama, Shihan Peter Chong dan Shihan Nardi . " Saya hanya
berbeda pandangan didalam penyelenggaraan organisasi perguruan , tetapi saya
tetap respek terhadap Shihan Nardi, karena dia adalah guru saya " ,
demikian ditambahkan Sujoto .
Mendengar demikian, Shihan Peter Chong langsung
menimpali, " Kamu benar, bagaimanapun dia adalah orang pertama yang
mengajarimu karate " . Itulah Budo Karate yang memegang teguh jiwa satria
.
Sayang sekali, masalah desentralisasi yang rencananya
akan dibicarakan di Jakarta pada saat Kejuaraan tidak terlaksana karena Sosai
Masutatsu Oyama tidak jadi hadir . Supaya urusan tidak menjadi runyam, maka
Sujoto minta Shihan Peter Chong agar jangan menyinggung permasalahan ini lagi
karena akan sia-sia saja mengingat mereka berdua tidak akur .
Sujoto sungguh-sungguh sudah menyerah dan ingin
mengundurkan diri begitu kejuaraan selesai. Namun Shihan Peter Chong memberi
harapan lagi dengan mengatakan, bahwa awal bulan November 1981 ada Kejuaraan
All Japan Open Karate Tournament di Tokyo dan dia akan hadir , begitu juga
Shihan Nardi . Jadi sang pemuda yang sudah berancang-ancang untuk mengundurkan
diri diminta untuk bersabar hingga bulan November 1981 sekembalinya dari Tokyo
.
Mendengar demikian, Sujoto akhirnya bersedia menunggu , karena pada dasarnya Kyokushin Karate sudah menjadi bagian dari hidupnya. Namun demikian, peristiwa selanjutnya merubah jalan hidup sang pemuda ini.
Sumber : http://www.kyokushin-indonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar