Pada ilmu seni beladiri
BEKSI, ada 4 tokoh utama yang berjasa untuk mengembangkan ilmu beladiri tersebut di
masyarakat. Keempat tokoh yang merupakan pendiri PPS BEKSI tersebut adalah Lie Cheng Oek, Guru Besar Pertama Ilmu Seni Bela Diri BEKSI dan ketiga muridnya yaitu Ki Marhali, H. Ghozali serta H. Hasbullah.
Lie Cheng Oek
Lie Cheng Oek adalah seorang warga
keturunan China yang tinggal di Kampung Dadap, Tangerang, Banten. Beliaulah
yang pertama kalinya membawa Seni Ilmu Bela Diri BEKSI dari Tiongkok/China yang
beraliran Shaolin Utara ke negeri Indonesia. Beliau diakui bersama sebagai Guru
Besar yang pertama di Indonesia tepatnya di wilayah Tangerang dan Jakarta yang
daerahnya dihuni oleh komunitas masyarakat etnis Betawi.
Salah satu keturunan beliau yang hingga
kini masih mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI adalah Lie Gie Tong yang
merupakan salah satu keturunan dari Lie Tong San (Anak Kandung Lie Ceng Oek).
Ki Marhali
Dikisahkan dari perselisihan yang terjadi
antara Lie Ceng Oek dengan orang tua dari Ki Marhali mengenai perebutan aliran
air yang mengaliri sawah di area pertanian yang mereka miliki. Perselisihan
tersebut memicu hingga perkelahian diantara keduanya, dengan perjanjian jika
salah satu diantara keduanya ada yang kalah, maka pihak yang kalah harus tunduk
dan menimba Ilmu Bela Diri dari pihak yang menang.
Selanjutnya terjadilah perkelahian sengit
antara Lie Ceng Oek dan orang tua Ki Marhali yang akhirnya perkelahian tersebut
dimenangkan oleh pihak Lie Ceng Oek. Sebagaimana kesepakatan yang telah
disetujui bersama, maka dengan demikian orang tua Ki Marhali harus tunduk dan
menimba ilmu bela diri dari Lie Ceng Oek. Karena orang tua Ki Marhali sudah
lanjut usia, maka sebagai gantinya ia mengirimkan Ki Marhali sebagai
penggantinya untuk menimba ilmu bela diri dari Lie Ceng Oek. Hal tersebut
disetujui oleh Lie Ceng Oek, maka diangkatlah Ki Marhali sebagai murid oleh Lie
Ceng Oek menggantikan bapaknya yang lanjut usia.
Namun setelah berjalan waktu sekitar 6
bulan, Ki Marhali tidak pernah diajarkan satu jurus pun oleh Lie Ceng Oek,
melainkan hanya disuruh mengambil air untuk mengairi area pertanian Lie Ceng
Oek yang ditanami oleh kacang-kacangan dan lain-lain. Perihal tersebut
disampaikan Ki Marhali kepada orangtuanya. Selanjutnya orang tua Ki Marhali
menegur Lie Ceng Oek tentang hal tersebut. Lie Ceng Oek menjelaskan bahwasanya
Ki Marhali dilatih demikian adalah bertujuan sebagai latihan fisik sebelum
memasuki jurus. Setelah mendapat penjelasan tersebut orang tua Ki Marhali
mengerti. Dan selang beberapa bulan kemudian Ki Marhali baru ditempa dan
diajarkan jurus-jurus Ilmu Seni Bela Diri BEKSI hingga selesai keseluruhannya. Dengan
demikian, Ki Marhali adalah Penerus Ilmu Seni Bela Diri BEKSI pertama yang
berasal dari warga Betawi.
H. Ghozali
H. Ghozali adalah seorang warga betawi yang
tinggal di daerah petukangan, beliau adalah seorang pemain rebana dan juga
seorang jagoan silat. Beliau sering mengembara kemana saja, hingga pada suatu
waktu beliau singgah ke daerah Dadap, Tangerang. Disanalah beliau pertama
kalinya melihat latihan Pencak Silat BEKSI yang dipimpin oleh Ki Marhali.
Kemudian H. Ghozali menemui Ki Marhali
dengan tujuan mencoba ketangguhan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI, seandainya ia
kalah nantinya ia bersedia dengan sukarela untuk belajar Ilmu Seni Bela Diri
BEKSI tersebut. Namun dalam perkelahian tersebut H. Ghazali dapat dikalahkan
oleh Ki Marhali.
Dengan kekalahan tersebut, akhirnya H.
Ghazali kembali ke Petukangan untuk memberitahukan kepada orang tuanya dan
bermaksud meminta uang untuk mempelajari Ilmu Seni Bela Diri BEKSI. Namun
karena tidak memiliki uang, maka H. Ghazali terpaksa harus menjual kuda
kesayangannya untuk biaya beliau mempelajari Ilmu Seni Bela Diri BEKSI.
Kemudian beliau bergegas kembali ke daerah Dadap dan menimba Ilmu Seni Bela
Diri BEKSI dari Ki Marhali. Selain belajar dari Ki Marhali, beliau juga sempat
belajar langsung dari Lie Ceng Oek guru dari Ki Marhali.Setelah sekian lama H.
Ghazali mempelajari Ilmu Seni Bela Diri BEKSI, akhirnya beliau memutuskan untuk
kembali ke kampung halamannya di Petukangan dan berniat mengajarkan Ilmu Seni
Bela Diri BEKSI di daerah asalnya. Pada masa kepemimpinan beliau, Ilmu Seni
Bela Diri BEKSI berkembang cukup pesat hingga ke berbagai daerah, hal tersebut
dibuktikan dengan banyaknya murid-murid beliau yang berasal dari Jakarta hingga
ke Rengas Dengklok dan Cabang Bungin (Karawang).
H. Hasbullah
H. Hasbullah adalah warga asli Betawi yang
tinggal di daerah Petukangan dan telah menguasai berbagai macam aliran silat.
Beliau adalah murid dari H. Ghazali yang cukup cerdas dan sangat patuh kepada
gurunya. Selain kepada H. Ghazali, beliau juga berguru langsung kepada Ki
Marhali dan Lie Ceng Oek yang merupakan sesepuh dari Perguruan Pencak Silat
BEKSI.
Setelah selesai menimba Ilmu Seni Bela Diri
BEKSI dari guru dan para sesepuh Perguruan Pencak Silat BEKSI, beliau juga
berkelana mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri BEKSI hingga ke daerah Bekasi,
Karawang, Batu Jaya, Rengas Dengklok dan Cabang Bungin.
Setelah cukup lama
beliau mengembara, akhirnya beliau memutuskan untuk kembali ke daerah asalnya
di daerah Petukangan pada tahun 1928 dan terus mengembangkan Ilmu Seni Bela
Diri BEKSI sampai akhir hayatnya. Beliau mengembangkan Ilmu Seni Bela Diri
BEKSI selama ± 60 tahun. Beliau meninggal pada tanggal 14 November 1 pada usia
82 tahun. Beliaulah yang mendapat Gelar Guru Besar BEKSI yang terakhir yang
diakui oleh Lie Gie Tong cucu dari Lie Ceng Oek pendiri Perguruan Pencak Silat
BEKSI.
Sumber :
* silatbeksi.blogspot.com
* silat-beksi.com
* beksi.webs.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar