Ada 9 Teknik asli yang disesuaikan oleh pendiri untuk dilatih. Dari 9 Teknik asli, kita dapat membaginya menjadi 2 kelompok, teknik Hewan dan teknik Manusia.
Teknik Asli dalam silat Perisai Diri di antaranya yaitu :
1. Teknik Minangkabau
Teknik ini merupakan teknik dasar yang diajarkan sebelum mempelajari
teknik yang lain.
Nama teknik Minangkabau diambil karena gerakan teknik ini mirip dengan
tarian tradisional dari Minangkabau, Sumatera Barat. Salah satu tujuan dari
mempelajari teknik ini adalah untuk memperkuat otot-otot paha dan otot
belakang. Teknik ini juga memberikan pengalaman tentang bagaimana rasanya bila
kita berada pada posisi yang merendah ke tanah.
Teknik ini juga
mengajarkan bagaimana bergerak lawan lembut dan perlahan ketika dalam jarak
jauh, tapi tiba-tiba berubah menjadi sangat cepat dan tajam ketika menyerang
atau menangkis serangan lawan.
Dalam rangka untuk
menarik lawan, teknik Minang sering membuka daerah lemah dalam tubuh dengan
gerakan lambat. Ini sebenarnya 'perangkap' bagi lawan untuk menyerang
daerah-daerah terbuka. Setelah lawan datang dengan serangan, teknik Minang akan
selalu siap untuk menghancurkan serangan lawan, dengan memukul bagian tubuh
lawan.
2. Teknik Burung Meliwis
Burung Meliwis memiliki ciri khas tersendiri dalam bergerak, yaitu
bergerak dengan ringan dan cepat. Tujuan dari mempelajari teknik ini adalah
untuk melatih kecepatan, keringanan tubuh dan membiasakan diri menapak dengan
ujung kaki. Dengan mempelajari teknik ini, maka pesilat dengan sendirinya akan
melatih otot-otot kaki, betis dan pinggul.
Meliwis menggunakan ujung-ujung jari untuk menyerang lawan. Oleh karena
itu, ia hanya akan menyerang bagian-bagian yang sangat lemah seperti mata dan
leher. Saat menyerang, Meliwis melontarkan tangannya dengan cepat ke arah lawan
dan akan kembali dengan kecepatan yang sama, sehingga mempersulit lawan untuk
menangkis.
Selain ujung-ujung jari, Meliwis juga menggunakan pergelangan tangannya
untuk menyerang bagian-bagian seperti leher dan dagu. Teknik ini juga
menggunakan pergelangan tangan bagian dalam untuk menangkis dengan cara
mengalihkan arah serangan lawan.
3. Teknik Burung Kuntul
Setelah mempelajari teknik Meliwis, pesilat akan menerima pelajaran
teknik berikutnya, Burung Kuntul. Bila saat berlatih Meliwis, pesilat diajarkan
untuk bergerak ringan, kini pesilat diajarkan untuk melibatkan tenaga saat
bergerak ringan.
Dibandingkan dengan Meliwis, Kuntul tidak hanya menyerang bagian lemah,
tetapi juga bagian lain seperti lutut. Teknik ini memiliki satu macam tendangan
yang digunakan untuk merusak lutut lawan.
Pada saat menyerang, sifat serangan Kuntul adalah memecut. Serangan
dilontarkan sangat cepat dari badan ke arah sasaran dan dengan sendirinya
kembali ke arah badan dengan kecepatan yang sama. Namun pola serangan Kuntul
tidak pernah lurus kedepan seperti teknik beladiri pada umumnya. Serangan
Kuntul selalu mengarah ke samping.
Untuk menyerang depan, maka Kuntul akan memposisikan dirinya sedemikian
rupa, sehingga lawan menjadi berada di samping saat serangan mencapai target.
4. Teknik Burung Garuda
Garuda adalah simbol burung terkuat di antara jenis burung lainnya. Oleh
karena itu, dibandingkan dengan teknik burung sebelumnya, Garuda memiliki
kemampuan bertarung yang paling tinggi.
Saat berlatih teknik Garuda, pesilat akan dikenalkan bagaimana cara
menggunakan perubahan badan sebagai tenaga tambahan saat menyerang atau menolak.
Karena kemampuannya dalam menggunakan badan inilah, tenaga yang dimiliki oleh
teknik Garuda menjadi lebih besar dibandingkan dengan Meliwis dan Kuntul.
Garuda menggunakan sisi tangan dan sikunya sebagai perlengkapan dalam
menyerang dan menolak. Teknik ini selalu mengembangkan kelima jarinya selebar
mungkin untuk memperkuat otot tangan bagian samping.
Target serangan Garuda sering ke arah leher. Dengan menggunakan sikunya,
Garuda akan menotok bagian leher dan mengiris leher tersebut dengan sisi luar
tangan, untuk merusak tulang leher lawan sekaligus merobek kulit lawan. Tidak
hanya leher, Garuda juga dapat menyerang ke bagian tengah di antara dua alis
mata lawan dan mengirisnya ke sepanjang garis mata.
Dalam jarak yang sangat rapat, Garuda memanfaatkan sikunya ke bagian
lemah lawan ataupun memanfaatkan tumitnya untuk melakukan tendangan jarak
pendek ke arah kemaluan lawan.
Untuk melindungi diri dari serangan lawan, Garuda memanfaatkan kaki
untuk menolak bagian bawah dan tangan untuk bagian tengah dan atas.
5. Teknik Harimau
Dibandingkan dengan Garuda, teknik Harimau memiliki kemampuan yang lebih
besar, baik itu tenaga, kecepatan, keuletan, keganasan dan fleksibilitas
gerakan.
Teknik ini di adaptasi dari karakter hewan aslinya yang disesuaikan
dengan anatomi tubuh manusia. Kemampuan Harimau lebih baik dibanding Garuda
karena teknik ini sudah menggunakan perputaran badan untuk meningkatkan
kecepatan dan tenaga.
Posisi Harimau bisa berbeda-beda, baik itu merendah, sedang ataupun
tinggi. Pada saat posisi merendah, teknik ini akan melebarkan kuda-kuda agar
lebih merendah ke tanah dan akan menyerang ke daerah bawah dari lawan,
dilanjutkan dengan menggulung untuk menjauhkan diri dari lawan. Pada saat
posisi tinggi, teknik ini akan mengincar daerah atas seperti dada dan kepala.
Teknik inipun kadang menggunakan lompatannya untuk menyerang kepala.
Saat menyerang, Harimau menggunakan perlengkapan seperti cakar, telapak
tangan, lutut, tumit dan telapak kaki. Saat menolak, teknik ini akan
menggunakan perlengkapannya seperti kaki, tangan dan juga cakarnya. Target
sasaran yang menjadi sasaran serangan antara lain mata, muka, telinga, leher,
dada, pergelangan badan, kemaluan, lutut dan kulit.
6. Teknik Naga
Naga dilambangkan sebagai binatang terkuat di jajaran teknik silat
Perisai Diri. Oleh karena itu, Naga diberikan pada jenjang teknik hewan
terakhir di Perisai Diri. Keunikan dari teknik Naga terdapat pada cara
langkahnya yang selalu mengandung putaran. Hal ini dilakukan untuk menuju poros
tengah lawan saat menghindar, memapas ataupun menyerang. Tenaga yang
dikeluarkan pun lebih besar dibanding teknik sebelumnya karena teknik ini telah
menyatukan kemampuan perputaran badan dan perpindahan berat badan sebagai
tambahan tenaganya.
Ditambah lagi, pesilat yang menerima teknik ini adalah mereka yang telah
menduduki tingkatan Asisten Pelatih. Di tingkat ini, mereka mendapatkan
pelajaran Pernapasan Tahap 1, yang akan berfokus untuk meningkatkan tenaga.
Oleh karena itu, teknik Naga pun akan semakin kuat lagi karena para Asisten
Pelatih mengkombinasikan teknik dan pernapasan ke dalam aplikasinya.
Saat menyerang, teknik Naga akan merusak persendian leher, paha dan
tangan. Daerah lemah seperti dagu dan kemaluan juga bisa menjadi sasaran
serangan apabila daerah tersebut terbuka.
7. Teknik Satria
Setelah mempelajari teknik hewan, di tingkat ini pesilat akan mulai
mempelajari teknik manusia. Teknik yang pertama dipelajari adalah Satria. Pada
tingkat ini, pesilat dianggap telah mampu menerapkan seluruh kemampuan dari
teknik hewan pada tingkatan-tingkatan sebelumnya. Sebagai suatu teknik manusia,
Satria akan mulai meninggalkan karakter kehewananannya, seperti liar, buas dan
brutal. Satria akan berfikir tepat sebelum bertindak dan melaksanakan geraknya
dengan penuh percaya diri.
Bersamaan dengan penerimaan pelajaran teknik ini, seorang pesilat juga
menerima pelajaran Pernapasan Tahap 2, yang difokuskan untuk meledakkan tenaga.
Karena kemampuan dari dua tahap Pernapasan tersebut, sifat teknik Satria
menjadi penuh dengan rasa percaya diri. Ketika serangan datang, Satria akan
menolak, memapas dan merusak perlengkapan serangan lawan dengan memukul titik
persendian. Saat bergerak, teknik ini tidak melakukan gerakan-gerakan yang
rumit seperti pada teknik Harimau dan Naga.
8. Teknik Pendeta
Dalam Bahasa Jawa, pandito artinya adalah orang yang selalu memberikan
falsafah jalan kebaikan pada orang lain. Karakter ini pun terbawa ke dalam
teknik itu sendiri. Teknik ini tidak menunjukan kebrutalan dan juga tidak
banyak merusak ataupun menghancurkan persendian lawan.
Walaupun kemampuan seorang pesilat yang mempelajari Pendeta tetap
memiliki kemampuan seluruh teknik di bawahnya, namun teknik asli ini sendiri
tidak akan merusak bila tidak diperlukan.
Pola gerak yang dilakukan teknik ini pun jauh lebih sederhana. Serangannya
hanya berpola lurus, dengan jarak yang dekat. Serangan yang dilakukan
sepenuhnya menggunakan putaran badan, atau dikenal dengan istilah Gizoboge.
Perlengkapan yang digunakan saat menyerang adalah kepalan tangan, sisi
samping badan, kepala dan tumit. Bentuk tangan dari teknik ini selalu mengepal.
Sasaran serangan umumnya adalah ulu hati, kepala, rusuk dan beberapa bagian
persendian.
9. Teknik Putri
Teknik Putri adalah teknik tertinggi di Perisai Diri. Karakter dari
teknik ini bisa berubah-ubah. Terkadang lembut, namun tiba-tiba berubah menjadi
sangat cepat dan keras, kemudian lembut kembali. Putri menggabungkan seluruh
kemampuan yang ada pada teknik-teknik sebelumnya, ditambah dengan kemampuan
fleksibilitas gerak yang tidak baku seperti teknik lain. Tenaga yang digunakan
bersifat kosong isi. Istilah ini berarti bahwa Putri akan selalu kosong tidak
bertenaga, namun di dalam kekosongannya, keluar tenaga yang sangat besar saat
terjadi sentuhan dengan lawan.
Putri seringkali melakukan dua macam tindakan dalam satu gerakan. Baik
itu menyerang sambil menghindar ataupun menyerang sambil menolak. Teknik inipun
sering memanfaatkan tenaga lawan untuk menyerang, sehingga tenaga yang ia
keluarkan semakin sedikit. Gizoboge (perputaran badan) selalu diaplikasikan
dalam tekniknya ditambah dengan Pernafasan Tahap 3 yang selalu mengiringi
geraknya. Serangannya bersifat gelap, yang artinya sulit untuk dilihat lawan.
Putri biasanya hanya bereaksi terhadap serangan lawan. Ia tidak
berinisiatif melakukan serangan terlebih dahulu.
http://www.silatperisaidiri.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Silat_Nasional_Indonesia_Perisai_Diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar