Perguruan Tako Indonesia pada mulanya bernama Seni Beladiri
Perisai Diri yang dipelajari dari Guru R.M. Dirjo Atmojo (Surabaya) dan
selanjutnya digabungkan dengan Crooked Jujitsu yang dipelajari dari Guru Ondo
Tokugawa (Surabaya), maka didirikanlah Perguruan Karate-Do Tako Indonesia pada
tahun 1963 Oleh Drs. Syahrun Isa, MIAUP. Dalam perjalanannya setelah melakukan
hubungan dan kerjasama dengan aliran Karate Shito-Ryu, Kei Shin Kan dan
Shotokan, terciptalah satu Seni Beladiri yang dinamakan AKSI TAKO.
Seni Beladiri Tangan Kosong (TAKO) atau Perguruan Tako
Indonesia, lengkapnya Perguruan Karate-Do Tako Indonesia sampai dengan saat ini
masih merupakan salah satu Perguruan Karate-Do yang bernaung dibawah Federasi
Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI). Perguruan Karate-Do Tako Indonesia
didirikan di Tebing Tinggi - Sumatera Utara pada tanggal 24 Februari 1963.
Modal pokok berdirinya perguruan ini adalah teknik bertahan
dan menyerang dengan Tangan Kosong ajaran Tuan Ondo Tokugawa, yang kemudian
hari baru dikenal sebagai Seni Karate dari kelompok Crooked Jujitsu. Disamping
teknik ini sedikit pengetahuan Silat yang didapat dari Bapak R.M. Dirjo Atmojo
(Guru Besar Perguruan Silat Perisai Diri/Pendiri Perguruan Silat Perisai Diri)
juga ada memberikan andilnya, beliau adalah sahabat Guru Syahrun Isa.
Sejak awal berdinya perguruan ini sudah ada kecenderungan
untuk menasionalisir jiwa dari teknik bela diri asing. Maksud ini mendapat
dorongan yang kuat dari Bapak Kantor Tarigan Walikota Kotamadya Tebing Tinggi
Deli waktu itu. Kemudian pada akhir tahun 60-an perbendaharaan teknik Perguruan
Karate-Do Tako Indonesia bertambah dengan bergabunggnya seorang pemegang sabuk
hitam penganut aliran Shotokan dari Karate Modern murid dari Ken Koeshasi, DAN
X Judo, DAN V Shotokan pendiri Ken Koeshasi Dojo.
Sejak awal tahun 70-an Perguruan Karate-Do Tako Indonesia
mulai memfokuskan dirinya pada Olahraga Karate-Do, dan dalam tahuntahun
selanjutnya perbendaharaan perguruan ini bertambah terus dengan adanya
pengiriman siswasiswa perguruan keluar negeri untuk mempelajari Karate-Do.
Untuk hal ini Perguruan Karate-Do Tako Indonesia berterima kasih atas
partisipasi dari Sdr. Kwe Seng Poh (DAN IV Kei Shin Kan) cq Sdr. Efeendy
Daudsyah dan Sdr. Y. Ishikawa (DAN VI Shito-Ryu) dalam penjajagan prestasi
dibidang olahraga Karate-Do, Perguruan Tako Indonesia berulang kali mengadakan
pertandingan didalam dan luar negeri. Pada awal tahun 70-an dengan Budokan
Karate dan SKA dan pada tahun 1975 Perguruan Karate-Do Tako Indonesia mengikuti
kejuaraan karate yang diikuti oleh beberapa negara di Singapore. Dalam
pertandingan ini Perguruan Karate-Do Tako Indonesia menduduki kedudukan
Runner-Up.
Pada pertengahan tahun 1977, beberapa guru dari beberapa
aliran yang ada di Perguruan Karate-Do Tako Indonesia berkumpul dan bermufakat
untuk mencari bentuk teknik bela diri dan olahraga yang ideal bagi pengikut
Perguruan Karate-Do Tako Indonesia, dimana bentuk teknik bela diri dan olahraga
ini nantinya mempunyai tata cara yang disesuaikan dengan kepribadian Bangsa
Indonesia yang Pancasilais. Dan pada awal tahun 1979 tekad para guru ini
dikukuhkan oleh Pengurus Besar Perguruan Karate-Do Tako Indonesia.
Pengurus Besar Perguruan Karate-Do Tako Indonesia yang
diketuai Dr. Suhardiman, S.E mengintruksikan Dewan Guru Perguruan Tako
Indonesia untuk segera menyusun pola dasar teknik yang selaras dengan idealisme
Pancasila yang sedang dikembangkan oleh Pengurus Besar di Perguruan Karate-Do
Tako Indonesia. Dan pada tanggal 9 Agustus 1979, pola dasar teknik yang
berkepribadian Bangsa Indonesia tetapi masih jauh dari sempurna telah
diperagakan untuk pertama kalinya di Kampus Universitas Indonesia.
Sumber : http://www.takodumai.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar