Perkembangan pencak silat
semakin berkembang, meski pencak silat masih terbatas diajarkan kepada keluarga
ningrat dan kalangan ulama. Maka atas saran mama Ajengan Asep Samsudin,
Andadinata untuk melanjutkan pembelajaran melengkapi ilmu pencak silat di ke
wilayah Parahiangan barat tepat nya di wilayah Kadipaten Cianjur. Berbekal
referensi dari mama ajengan Asep Samsudin, abah Andainata datang ke Padepokan
silat juragan Rd Haji Ibrahim. Yang dikenal sebagai pendiri dan pencetus Maenpo
Cikalong.
Tidak jelas apakah abah Andadinata dilatih langsung oleh juragan Rd Haji Ibrahim
yang pada tahun 1900an sudah sepuh, atau dilatih oleh seseorang pelatih yang di
tugaskan. Yang jelas dari 10 jurus halusan Margaluyu Pusat sangat kental dengan
pengaruh maenpo Cikalong. yang berbasis pada silat Madi, Kari dan silat asli
Cianjur.
Tokoh Maenpo Cikalong yang usianya relatip lebih muda dari juragan Rd Haji
Ibrahim adalah juragan Rd Haji Abullah yang mewarisi ilmu pencak silat
Sabandar. Sedangkan Silat Sabandar berasal dari Moh Kosim yang konon berasal
dari Pagaruyung Minangkabau Sumatera Barat.
Dari juragan Rd Haji Abdullah, abah Andadinata mewarisi ilmu pencak silat
Sabandar yang tata geraknya sangat halus dan lembut.
Pengaruh silat Bugis dan Madura dalam keilmuan Margaluyu didapat sewaktu abah
Andadinata berpetualang dipesisir pantai utara Cirebon, dimana para keturunan
prajurit Bugis dan Madura yang bergabung dengan Dipati Anom (Amangkurat Amral)
yang menyingkir ke Cirebon untuk meminta suaka dari Sultan Cirebon ketika,
Dipati Anom berseteru dengan ayahnya sendiri Raja Mataram sinuwun ndalem Gusti
Amangkurat I
Kompilasi tata gerak Madi, Kari, Sabandar dan Khaer inilah yang dikemudian hari
menjadi 10 jurus wajib Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat ditambah ilmu Hikmah
yang diharkatkan setelah selesai berlatih.
Mengingat tata gerak 10 jurus Margaluyu Pusat boleh dikatakan sangat sederhana,
jurus-jurus tersebut tidak bisa diperagakan dipanggung sewaktu ada tabeuh
gendang pencak. Oleh karena itu atas saran para kerabat bahwa jurus Margaluyu
Pusat harus dilengkapi dengan jurus silat murni yang benar benar merupakan
maenpo. Dengan demikian Margaluyu Pusat dilengkapi dengan Maenpo Selah Eurih,
Paleredan warisan dari juragan Rd. haji Mama Soekarma dan Rd Haji Soma.
Oleh karena itu dalam setiap proses harkatan, ketiga tokoh Rd Haji Ibrahim, Rd
Haji Abdullah dan Rd Haji Soma yang kesemuanya adalah kerabat Cikalong Cianjur
selalu disebut untuk dimohon keikhlasanya serta mohon kepada Allah SWT agar
manfaat ilmu warisanya menjadi amal ibadahnya.
Keilmuan Margaluyu, boleh dikatakan lengkap, karena berintikan ilmu hikmah
Sunda wiwitan yang ditulis tangan oleh abah Andadinata dalam aksara Sunda
Wiwitan yang serupa dengan tulisan pada relief prasasti2 di pulau Jawa, serta
aksara Hanacaraka. Secara otentik buku ini masih ada dalam bentuk aseli dan
telah diperbanyak melalui scanning komputer untuk dipegang oleh semua pelatih
yang sudah mendapat mandat untuk melakukan Harkatan.
Pengaruh silat Cina (Khun Tao) dan Mande dalam keilmuan Gerak Badan Pencak
Margaluyu Pusat diperoleh abah Andadinata sewaktu beliau berpetualang di
Cirebon. Dimana silat Cina, Mande masuk dibawa mbah Khaer.
Adapun pengaruh silat Minang diperoleh dari Mama Sabandar (Moh Kosim).
Sedangkan pengaruh silat Betawi pada keilmuan Margaluyu Pusat karena hasil
berguru Maenpo di Cikalong. Dimana Abang Madi dan Abang Kari adalah guru dari
juragan Rd Haji Ibrahim.
Hal tersebut dikuatkan tokoh Mbah Madi, Mbah Kari dan mbah Sabandar dan mbah
Khaer selalu disebut dalam setiap proses Harkatan sebagai ucapan terma kasih
atas manfaat ilmunya dan memohon agar amal ilmu yang diwariskan dari beliau ini
mendapat imbalan yang tinggi dari Allah SWT.
Kelengkapan keilmuan Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat secara sempurna
dikuasai oleh abah Andadinata ketika umur beliau mencapai sekitar 35 tahun.
Tetapi profesi sebagai pedagang telur keliling tak pernah dilepaskan. Dan
kebiasaan naik panggung ketika ada perhelatan tabeuh gendang pencak untuk kaul
kepada yang punya hajat selalu dilakukan sebagai promosi makanan sehat yakni
telur yang diperdagangkan.
Karena seringnya terjadi sambung rasa, dan dalam setiap sambung rasa abah
Andadinata selalu unggul, maka beliau menjadi terkenal sebagai juara kaul yang
disegani.
Ketenaran abah Andadinata sebagai juara kaul yang tidak punya perguruan, sempat
terdengar oleh seorang guru perguruan silat yang terkenal di kota Bandung yaitu
mang Endi Soehandi yang bertempat tinggal di Gang Singsong tepatnya disekitar
station KA Bandung. Tidaklah sulit mencari sosok Andadinata bagi mang Endi
Soehandi.
Pertemuan antara mang Eni Soehandi dengan Abah Andadinata untuk sambung rasa
merupakan peristiwa penting sebagai tonggak sejarah berdirinya Gerak Badan
Pencak Margaluyu Pusat.
Baru pertama kali abah Andadinata bersambung rasa dengan tokoh silat yang
berlevel guru. Bagi mang Endi Soehandi juga baru pertama kali bertemu pendekar
tanpa paguron yang selalu bisa mengunci geraknya dengan halus tanpa melukai
apalagi mencederai. Sebagai ksatria Pendekar, Mang Endi Soehandi menyatakan
bahwa keilmuan Margaluyu Pusat adalah ilmu silat yang lengkap ditambah ilmu
hikmah yang benar2 murni tanpa menggunakan tenaga khodam. Dan beliau memohon
kepada abah Andadinata untuk sudi menerima dirinya sebagai murid.
Permohonan mang Endi Soehandi ditolak oleh Andadinata, tetapi menerimanya
sebagai sahabat latih. Maka mulai saat itu, dinyatakan bahwa dalam pakem
keilmuan Margaluyu tidak dikenal istilah guru, apalagi gelar guru besar. Yang
dikenal adalah sahabat (ikhwan / ahwat) yang sedang berlatih.
Sumbangan yang terbesar dari Mang Endi Soehandi dalam keilmuan Margaluyu Pusat
adalah jurus kasaran yang lebih dikenal dengan jurus 14 dan jurus-jurus
peupeuhan. Dengan demikian semakin lengkaplah jurus jurus Kelimuan Margaluyu
Pusat yang merupakan jurus jurus yang memiliki kharomah.
Dengan masuknya mang Soehandi ke dalam Margaluyu Pusat, kemudian beliau membawa
sahabat-sahabatnya untuk berlatih diantaranya adalah Mang Uwen serta pak
Adiwikarta (Mang Ulis) dan Andi Rohandi. Maka disepakati yang semula keilmuan
Margaluyu belum memiliki nama paguron maka dengan bergabungnya para senior
diatas, secara resmi diberi nama Margaluyu Pusat.
Marga adalah jalan, Luyu = Saluyu atau lancar, Pusat berarti selalu ditengah.
Jadi secara harfiah Margaluyu Pusat diartikan sebagai Selalu berjalan ditengah
agar selalu lancar.
Meski jurus-jurus Gerak Badan Pencak Margaluyu Pusat berbasis pada gerak pencak
silat. Tetapi sesungguhnya adalah ilmu beladiri pernapasan, yang berkharomah
tenaga dalam. Yang mana seni beladiri pernapasan saat itu pada akhir decade
1930an belum banyak dikenal oleh masyarakat. Sehingga sulit di perkenalkan atau
disosialisasikan. Baru pada tahun 1948 didaftarkan pada Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Bandung sebagai Persatuan Pencak Silat Margaluyu Pusat.
Sampai akhir hayatnya Abah Andadinata bermukim Jl. Ir
H. Juanda no. 56 desa Cikuya kecamatan Cicalengka. Beliau wafat pada petang
hari tanggal 29 Januari 1969 pada usia 76 tahun dan di makamkan ditempat yang
sama pada tanggal 30 Januari 1969 di desa Cikuya, Cicalengka
Sumber : http://www.margaluyu-pusat.net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar