Sejarah Shorinji Kempo (Bagian 2)

3. DOKTRIN SIAW LIEM SIE KUNG FU - SHORINJI KEMPO

Dengan dilandasi keyakinan bahwa sesama manusia dilarang saling membunuh dan menyakiti, maka setiap Kenshi (orang yang mempelajari seni beladiri Kempo) dilarang untuk menyerang terlebih dahulu sebelum diserang. Hal ini merupakan realisasi dari dan sesuai dengan Doktrin Kempo yaitu :
"Perangilah dirimu sebelum memerangi orang lain"


Doktrin ini mempengaruhi susunan teknik seni beladiri Kempo, sehingga gerakan teknik selalu dimulai dengan teknik mengelak atau menangkis serangan, baru kemudian dilanjutkan dengan teknik membalas menyerang dengan cara memukul dan/atau menendang, gerakan atau teknik ini dinamakan Goho, artinya gerakan atau teknik yang keras. Selanjutnya gerakan atau teknik Goho ini diikuti dengan teknik membanting dan mengunci, gerakan atau teknik ini dinamakan Juho, artinya gerakan atau teknik yang lunak. Kedua teknik ini, Goho dan Juho, wajib dikuasai secara seimbang oleh seorang Kenshi. 

3. LAHIR KEMBALI DAN BERKEMBANGNYA SHORINJI KEMPO
Sihang So Doshin
Sekian lama setelah meletusnya Perang Boxer, eksistensi Siaw Liem Sie Kung Fu secara fisik menghilang. Di Tiongkok Siaw Liem Sie Kung Fu semakin mengalami kemunduran ketika Kung Chan Tang (Partai Komunis Tiongkok) berkuasa. Gerakan teknik Siaw Liem Sie Kung Fu yang diperbolehkan ketika itu hanyalah yang menyerupai senam saja (Tai Kyo-Kuen).
Di Jepang sendiri Siaw Liem Sie Kung Fu atau Shorinji Kempo baru bangkit setelah Perang Dunia ke-II, yaitu pada tahun 1945. Sejarahnya dimulai ketika seorang pemuda Jepang bernama So Doshin dikirim ke Tiongkok sebagai anggota pasukan ekspedisi Jepang ke Manchuria pada tahun 1928. So Doshin yang tidak sepaham dengan cara penjajahan Jepang melarikan diri dari induk pasukannya dan mengembara di daratan Tiongkok. Dalam pengembaraannya ia bertemu dengan pendeta Budha dan belajar Kung Fu di kuil Siaw Liem Sie dibawah asuhan Wen Tay Son, Mahaguru Kempo ke-20. Berkat ketekunan dan penguasaan Kempo yang baik, So Doshin akhirnya dinobatkan menjadi Mahaguru ke-21, menggantikan Wen Tay Son yang meninggal dunia.

Pada tahun 1945 setelah 17 tahun belajar di kuil Siaw Liem Sie, dan berakhirnya Perang Dunia II, So Doshin kembali ke Jepang. Di Jepang ia mendirikan Dojo (tempat berlatih) seni beladiri yang dinamakannya "Shorinji Kempo" di kota Tadotsu yang terletak di pulau Shikoku, Propinsi Kagawa, yang kemudian terkenal sebagai pusat Shorinji Kempo. Banyak murid So Doshin yang berasal dari daerah di sekitar dojo tersebut, maupun dari daerah lain di luar Jepang. So Doshin menerapkan disiplin yang tinggi, namun penuh welas asih yang mencerminkan falsafah dan lambang Shorinji Kempo berupa Manji yang berputar ke kiri, yang berarti adanya dan dipeliharanya keseimbangan dan keharmonisan antara Kasih sayang dan Kekuatan.

 "Kasih Sayang tanpa Kekuatan adalah Kelemahan, 
Kekuatan tanpa Kasih Sayang adalah Kezaliman"


Sumber : http://www.perkemi-kotabogor.or.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kenji Goh

"... Takutlah dengan orang yang hanya MENGUASAI satu jurus"